Bismilahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr, Wb
Pertama-tama kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
kenikmatan sehingga kita masih diberi kesempatan untuk mengerjakan
berbagai aktifitas
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kepada ummatnya dari zaman jahiliyah
menuju zaman modern yang kita rasakan sekarang ini.
Allah
SWT berfirman, Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikan shalat untuk
mengingatku. (QS Thaha 20; 14)
Menjelang Shubuh Khalifah Umar Bin
Khattab berkeliling kota membangunkan kaum muslimin untuk shalat
Shubuh, ketika waktu shalat tiba, dia sendiri yang mengatur shaf-shaf
shalat dan mengimami para jamaah. Pada Shubuh itu tragedi besar dalam
sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan Takbiratul Ihram, tiba-tiba
seorang lelaki bernama Abu Lu’luah menikamkan sebilah pisau ke bahu,
pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darah pun menyembur, namun Khalifah
yang berjuluk “Singa Padang Pasir” ini bergeming pada kekhusyuannya
dalam memimpin shalat. Padahal waktu shalat masih bisa ditangguhkan
beberapa saat sebelum terbitnya matahari, sekuat apapun Umar akhirnya ia
ambruk juga. Walau demikian, ia masih sempat memerintahkan Abdurrahman
Bin ‘Auf untuk menggantikannya sebagai imam.
Beberapa setelah
ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah
Umar, para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan
Khalifah. Salah seorang diantara mereka berkata kalau beliau masih
hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata shalat! “Lalu
yang hadir serentak berkata, “Shalat wahai Amirul Mukminin Shalat telah
hampir dilaksanakan”. Ia langsung tersadar, Shalat ? Kalau demikian
disanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam islam bagi yang meninggalkan
shalat. Maka ia langsung melaksanakan shalat dengan darah berkucuran,
Subhanallah ! Baginya tiada yang terindah dalam hidup elain menghadap
Allah SWT, dunia begitu kecil dihadapannya, kenikmatan komunikasi dengan
dzat yang Maha Mencinta mampu menghilangkan sakitnya tususkan pisau
yang tajam. Tak heran bila demi sekali shalat Umar pun rela menukarnya
dengan harta yang ia miliki.
Anugerah Allah dalam shalat
Shalat adalah keistimewaan yang dianugerhakn Allah kepada Rasulullah
SAW dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah
shalat diawali dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Allah SWT langsung
mengundang Rasulullah SAW ke langit. Nilai strategis dan keistimewaan
shalat sudah tidak terbantahkan lagi. Shalat adalah amalan pertama yang
diwajibkan atas Rasulullah SAW, shalat adalah tiang yang menyangga
bangunan islam. Shalat adalah pembeda antara seorang muslim dan seorang
kafir. Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab. Shalat adalah
kunci kesuksesan dan kebahagiann hidup. Shalat adalah penggugur
dosa-dosa. Shalat adalah kunci kesuksesan seorang hamba. Shalat adalah
sarana pengundang datangnya pertolongan Allah. Shalat pun menjadi
istimewa bagi seorang hamba karena ia bisa berhadapan langsung dengan
Rabbnya.
Penelitian ilmiah pun menunjukan bahwa
shalat memiliki segudang manfaat dari sudut kesehatan. Termasuk
kemampuannya untuk mengurangi stress dan kecemasan, juga menyangkal
datangnya penyakit-penyakiy fisik, selain tentunya menangkal penyakit
rohani. Saat seorang hamba menunaikan shalat, dan shalatnya dinunaikan
dengan khusyuk dan tumaninah, ia pun mendapatkan pengalaman rohani
tertinggi dan bangkitnya kesadaran yang lebih tinggi. Tidak berlebihan
jika dikatakan shalat sebgai mi’rajnya orang beriman. Melihat kenyataan
ini seharusnya kita ini memaknai shalat buakn sebagai beban, tapi
sebagai kebutuhan. Layaknya kita membutuhkan air, udara, makanan,
seperti itulah shalat dibutuhkan.
Shalat tepat waktu adalah
keutamaan yang dicontohkan Rasulullah SAW. tanda bahwa seorang telah
menjadikan shalat sebagai kebutuhan adalah keistikamahannya dalam
memburu shalat secara on time. Keutamaannya akan berlipat apabila
dilaksanakan di mesjid dan berjamaah. Keutamaan ini akan berlipat lagi
tatkala kita mempersiapkan diri sebelum melaksanakannya dengan menunggu
sebelum adzan berkumandang. Mengapa menunggu shalat menjadi sebuah
keutamaan ? Ada empat alasan. Pertama, menunggu shalat adalah bukti
kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya. Sebagai analogi, seseorang yang
sedang dimabuk cinta akan senantiasa merindukan pertemuan dengan yang
dicintainya. Tatkala ada janji bertemu, ia akan berusaha untuk tidak
terlambat. Begitu pula saat kita merindukan Allah, kita akan selalu
menunggu berjumpa denganNya dan akan selalu menunggu perjumpaan itu.
Kedua, menunggu waktu shalat akan membuka kesempatan bagi kita untuk
melakukan banyak kegiatan lainnya, seperti membaca Al-Qur;an, ‘itikaf,
berdzikir, dan lainnya. Ketiga, saat menunggu shalat kemungkinan
bermaksiat menjadi sangat kecil. Keempat, saat menunggu shalat kita akan
berusaha menjaga kebersihan diri dan hati. Karena itu Rasulullah SAW
menjanjikan bahwa seseorang dikategorikan sedang shalat, tatkala ia
meniatkan diri menunggu datangnya waktu shalat. Bahkan saat itu para
malaikat terus melantunkan doa agar kita dirahmati Allah SWT. Rasulullah
bersabda “Sesungguhnya salah seorang diantara kalian (terhitung) di
dalam shalat selama tertahan oleh shalat sedang para malaikat mendoakan
mereka ; Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmati dia, selama dia tidak
berdiri dari tempat shalatnya atau berhadas.
Alangkah indahnya
bila kita mmapu mengubah paradigma berpikir bahwa kerja kita, sekolah
kita, tidur kita, rekreasi kita, pendeknya semua aktifitas hidup kita
adalah aktifitas “sampingan” dari shalat. Bila paradigma berpikir ini
digunakan, maka tak akan sekali pun kita melalaikan kumandangan adzan,
karena itulah kerja utama kita. Yang tak kalah penting, semua aktifitas
di luar shalat, Insya Allah akan makin berkualitas karena dilandasi
nilai dzikir, nilai amar ma’ruf nahyi munkar, dan keinginan menjaga
kebersihan diri. Boleh jadi semua aktifitas kita akan berniali shalat,
karena kita meniatkannya sebagai aktifitas menanti perjumpaan dengan
Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar