1) Takbir
Nabi saw. selalu memulai shalatnya dengan mengucapkan : Allahu akbar dan beliaupun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang shalatnya salah.Beliau bersabda kepada orang itu :
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ .
“sesungguhnya
shalat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudlu’ dan melakukan
wudlu’sesuai ketentuannya,kemudian ia mengucapkan allahu akbar.”
TATACARA TAKBIR DAN MENGANGKAT TANGAN
Beliau
mengangkat kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus ke atas
(tidak merenggangkannya dan tidak pula menggenggamnya
Sabda beliau :
كَانَ يَرْفَعُهُمَا مَمْدُوْدَةَ اْلأَصَابِعِ ( لاَيُفَرِّجُ بَيْنَهُمَا وَلاَيَضُمُّهُمَا )
“Beliau
mengangkat kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus ke atas
(tidak merenggangkannya dan tidak pula menggenggamnya ”
2) Bersedekap
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى.
كَانَ يَضَعُهُمَا عَلَى الصَّدْرِ.
كَانَ يَضَعُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَ الرُّسْخِ وَ السَّاعِدِ.
Beliau meletakkan (telapak tangan) kanan diatas punggung telapak kirinya, pergelangan, dan
3) Khusyu’
Sewaktu shalat, Rasulullah menundukkan kepala dan memandang ke tempat sujud.
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى طَأْطَأَ رَأْسَهَ وَرَمَى بِبَصَرِهِ نَحْوَ اْلأَرْضِ.
Pada
saat berdiri beliau membaca do’a iftitah, ta’awudz, Al-Fatihah dengan
mensirrkan (tidak mengeraskan) basmalahnya, meskipun shalat itu adalah
shalat jahr (yang dikerskan bacaannya) kemudian beliau membaca Amin
الله أكبر
4) DO’A-DO’A IFTITAH (DIBACA SIRR/TIDAK DIKERASKAN)
1.
اللّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَ الْمَغْرِبِ ، اللّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَا كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ
خَطَايَايَا بِالْمَاءِ وَ الثَّلْجِ وَ الْبَرَدِ.
“Ya
Allah jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau
telah jauhkan timur dari barat, Ya Allah jauhkanlah diriku dari
kesalahan-kesalahanku sebagaimana kain putih yang dibersihkan dari
kotoran, ya Allah cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan
air,es, dan embun”
2.
إِنِّيْ
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّموَاتِ وَ اْلأَرْضَ حَنِيْفًا (
مُسْلِمًا ) وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ
وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ.
“
Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta seluruh langit dan bumi
dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang
musyrik.Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sesuatupun yang menyekutukan-Nya. Demikianlah
aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim”
5) TA’AWWUDZ (DIBACA SIRR)
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَ نَفْخِهِ وَ نَفْثِهِ.
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya, dan dari syairnya yang tercela.”
6) MEMBACA AL-FATIHAH
Nabi
saw. membaca surah Al-Fatihah dengan berhenti setiap ayat, tidak
menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya. Jadi bunyinya :
(kemudian berhenti), بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
(kemudian berhenti), الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
(kemudian berhenti), الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ Begitulah seterusnya sampai selesai.Beliau tidak menyambung ayat satu dengan ayat berikutnya
ملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
dengan memendekkan bacaan maa menjadi:
Diwajibkan bagi imam untuk membaca aamiin dengan keras dan panjang,sementara makmum wajib mengikuti bacaan imam tersebut.
كَانَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْتَهَى مِنْ قِرَاءَةِ
الْفَاتِحَةِ قَالَ : آمِيْنَ يَجْهَرُ وَيَمُدُّ بِهَا صَوْتَهُ
Bila Nabi saw. selesai membaca Al-Fatihah (dalam shalat), beliau mengucapkan aamiin dengan suara keras dan panjang.
Nabi saw. menyuruh makmum mengikuti bacaan amin imam segera setelah imam mengucapkan aamin.Beliau bersabda:
إِذَا
قَالَ الْإِمَامُ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
فَقُولُوا آمِينَ (فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَقُولُ آمِينَ وَإِنَّ
الْإِمَامَ يَقُولُ آمِينَ)-(وَفِيْ لَفْظٍ آخَرَ : إِذَا أَمَّنَ
اْلإِمَامُ فَأَمِّنُوْا )، فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ
الْمَلَائِكَةِ (وَفِيْ لَفْظٍ آخَرَ : إِذَا قَالَ أَحَدُكُمْ فِي
الصَّلاَةِ :آمِيْنَ، وَ الْمَلاَئِكَةُ فِي السَّمَاءِ : آمِيْنَ،
فَوَافَقَ أَحَدُهُمَا اْلآخَرَ)،غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Bila imam selesai membaca ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin, ucapkanlah aamiin (karena malaikat juga mengucapkan aamiin dan imam pun mengucapkan aamiin).” Dalam riwayat lain :”Apabila imam mengucapkan aamiin,hendaklah kalian mengucapkan aamiin.) Barang siapa ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan malaikat,(dalam riwayat lain disebutkan :”Bila seseorang diantara kamu mengucapkan aamiin dalam shalat bersamaan dengan malaikat dilangit mengucapkannya) dosa-dosanya masa lalu diampuni.”
Surat Al-Fatihah ini dipandang agung, oleh karena itu nabi saw. pernah bersabda:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
Apabila
imam mengeraskan bacaannya maka makmum tidak membaca (diam dan
mendengarkan bacaan imam) adapun jika imam tidak mengeraskan bacaannya
maka makmum wajib membaca sendiri-sendiri tanpa mengganggu orang lain.
Rasulullah
melarang makmum membaca semua bacaan Al-Qur’an dalam shalat jahr, yang
mana imam membaca Al-Qur’an dengan suara keras dan dalam suatu riwayat
disebutkan bahwasanya peristiwa ini terjadi dalam shalat Shubuh.Mengenai
kejadian ini beliau bersabda:
هَلْ
قَرَأَ مَعِيَ أَحَدٌ مِنْكُمْ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ إِنِّي أَقُولُ مَالِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ قَالَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ مِنْ الصَّلَوَاتِ حِينَ سَمِعُوا
ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (
وَقَرَؤُوْا فِيْ أَنْفُسِهِمْ سِرًّا فِيْمَا لاَيَجْهَرُ فِيْهِ اْلإِيْمَامُ ).
“Adakah
seseorang diantara kalian membaca Al-Qur’an bersamaaan dengan aku
membaca?” Seseorang menjawab:”Ya, saya, wahai Rasulullah. “ Sabdanya:
“Aku katakan kepadamu mengapa aku diganggu (sehingga bacaanku
terganggu)?” (Abu Hurairah berkata): Kemudian para sahabat berhenti
membaca Al-Qur’an bersama Rasulullah saw.bila Rasulullah saw. membacanya
dengan suara keras dan bacaan itu mereka dengar (dan mereka sendiri
tanpa suara bila imam tidak mengeraskan bacaannya).
7) Menghilangkan gangguan syetan
Apabila seseorang mendapatkan gangguan syetan dalam shalatnya maka disunnahkan baginya untuk membaca ta’awudz
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk
8) Mendekati sutrah (pembatas)
Diperbolehkan bagi seseorang yang
sedang shalat untuk berjalan bila ada keperluan, misalnya membukakan
pintu bagi seseorang. Rasulullah saw.pernah membukakan pintu untuk
Aisyah padahal beliau sedang shalat
Diperbolehkan juga bagi seseorang untuk berjalan mendekati sutrah (pembatas) agar tidak dilewati sesuatu didepannya
9) Menghalangi orang yang melewati sutrah
Rasulullah saw.bersabda :
إِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ
أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ فَإِنْ أَبَى
فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
“Bila
seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu yang dapat menghalangi
orang lain untuk lewat, kemudian bila ada orang yang hendak
melanggarnya, hendaklah kamu tolak sejauh kemampuanmu sebanyak 2 kali.
Jika dia bersikeras melakukannya, hendaklah kamu lawan orang itu karena
orang seperti itu adalah setan
Lewat didepan orang yang sedang shalat merupakan DOSA BESAR. Rasulullah saw. bersabda :
لَوْ
يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّيْ مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ
أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِيْنَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ.
“Sekiranya
orang yang lewat didepan orang yang sedang shalat tahu betapa besar
dosanya, ia lebih baik berdiri selama empat puluh (masa-pent.
10) Ruku’
Setelah membaca ayat al-Qur’an Rasulullah saw.berhenti sebentar lalu mengangkat tangan, bertakbir dan ruku’.
كَانَ يُفَرِّجُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Orang yang tidak menyempurnakan ruku’nya merupakan pencuri yang paling jahat, yaitu pencuri dalam shalat
إِنَّهُ لاَصَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُقِيْمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوْعِ وَ السُّجُوْدِ.
“Sesungguhnya tidak sah shalat orang yang tidak melakukan ruku’ dan sujud dengan meluruskan punggungnya
Dalam melaksanakan ruku’ ini ada beberapa macam dzikir dan do’a yang dibaca, terkadang membaca ini dan terkadang membaca itu :
1- 3 (kali) سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
2. 3 (kali) سُبْجَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَ بِحَمْدِهِ
3. سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَ الرُّوْحِ
4. سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ.
“Maha suci Engkau, wahai Tuhan. Segala puji bagi-Mu , wahai Tuhan, ampunilah aku.”
Beliau sering membaca bacaan ini dalam ruku’ dan sujudnya sebagai pelaksanaan dari perintah Al-Qur’an
11) I’tidal.
Nabi bangkit dari ruku’ sambil mengucapkan :
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“(Wahai Tuhan kami, (dan) segala puji adalah milik-Mu).
Beliau menyuruh setiap orang yang shalat, baik makmum maupun bukan, untuk melakukan hal ini sebagaimana sabdanya :
Sabdanya pula :
“Imam
tidak lain dijadikan untuk diikuti … Bila dia mengucapkan ‘sami’allaahu
liman hamidah,’ hendaklah kalian mengucapkan ‘(allahumma) rabbanaa wa
lakal hamd. ` Allah mendengar kamu sekalian, karena Allah, Tuhan Yang
Mahamulia dan Mahatinggi telah berfirman melalui lisan nabi-Nya saw:`
Allah mendengar orang yang memuji-Nya.
Nabi
saw. mengangkat kedua tangannya ketika berdiri I’tidal dengan cara
seperti yang dilakukan pada waktu takbiratul ihram. kemudian sambil
berdiri beliau mengucapkan :
12) Sujud
Bila hendak sujud, beliau mengucapkan takbir (dan beliau merenggangkan tangannya dari lambung), kemudian sujud.
a. Turun sujud mendahulukan dua tangan
Beliau menyuruh berbuat demikian sebagaimana sabdanya:
“Apabila
seseorang diantara kamu bersujud, janganlah turun seperti turunnya
unta, tetapi hendaklah ia letakkan kedua tangannya sebelum kedua
lututnya.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Apabila engkau sujud, tekankanlah wajahmu dan kedua tanganmu ke tanah sehingga setiap ruas tulangmu kembali ke tempatnya.
Beliau bersabda:
“Aku
diperintah untuk bersujud.” (dalam riwayat lain disebutkan : “Kami
diperintah untuk bersujud) dengan tujuh anggota badan, yaitu kening
sekaligus hidung, dua tangan (dua telapak tangan) dua lutut, jari-jari
kedua kaki, dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan rambut.”
Sabdanya pula :
“Bila
seseorang sujud, hendaklah menyertakan tujuh anggota badannya, yaitu:
wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, dan kedua kakinya.”
Beliau
mengangkat kedua lengannya dari tanah dan menjauhkannya dari lambungnya
sampai warna putih kedua ketiak beliau terlihat orang di belakangnya.
Adapun apabila menjadi makmum maka tidak perlu melebarkan lengan sehingga mengganggu orang lain yang berada di samping.
Do’a-do’a sujud
Dalam
sujud ada beberapa macam dzikir dan do’a yang dibaca oleh Nabi saw..
Terkadang beliau membaca ini dan terkadang membaca lainnya, yaitu :
1) (3 kali) سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
2) (3 kali) سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ “Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi dan segala puji bagi-Nya.”(3 kali)
3)سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ اْلمَلاَئِكَةِ وَ الرُّوْحِ
4)سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ
“ Mahasuci Engkau, wahai Tuhan, Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, wahai Tuhan, berilah aku ampunan.
Duduk antara dua sujud
Ketika duduk ini Nabi saw. membaca do’a-do’a :
اَللّهُمَّ
( وَفِيْ لَفْظٍ : رَبِّ ) اغْفِرْلِيْ، وَارْحَمْنِيْ، ( وَاجْبُرْنِيْ) (
وَارْفَعْنِيْ)، وَاهْدِنِيْ، (وَعَافِنِيْ) وَارْزُقْنِيْ .
“Ya
Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, (lindungilah aku),(angkatlah
aku), berilah aku petunjuk,(jadikanlah aku sehat), dan berilah aku
rizki.
Duduk istirahat
Setelah
bangun dari sujud beliau duduk tegak (yaitu duduk diatas telapak
kirinya dengan tegak sampai setiap ruas tulang punggungnya mapan).
Bertumpu pada tangan saat bangkit ke rakaat berikutnya
Nabi melakukan ‘ajm ketika shalat, yaitu berdiri ke raka’at berikutnya dengan bertumpu pada kedua tangannya.
Ketika telah berdiri pada raka’at kedua Nabi saw. mengawali bacaan dengan alhamdulillah tanpa diam lebih dahulu.
TASYAHUD AWAL
Nabi
saw. kemudian duduk tasyahud setelah rakaat kedua. Bila shalat yang
dilakukannya hanya dua raka’at, seperti shalat shubuh, beliau duduk iftirasy
Beliau
saw. meletakkan telapak tangan kirinya diatas lutut kirinya dengan
mengembang , tetapi beliau menggenggam semua jari tangan kanannya dan
mengacungkan telunjuknya ke kiblat dan mengarahkan pandangan mata ke
telunjuknya
Cara Rasulullah saw. mengisyaratkan jari
Macam-macam bacaan tasyahud
1) Tasyahud Ibnu Mas’ud
Ia
berujar : Rasulullah saw. mengajarkan tasyahhud kepadaku seraya beliau
menggenggam telapak tanganku, sebagaimana beliau mengajarkan suatu surah
Al-Qur’an kepadaku (berbunyi):
اَلتَّحِيَّاتُ
ِللهِ ، وَالصَّلَوَاتُ وَ الطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا
النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ، ( فَإِنَّهُ إِذَا قَالَ ذَالِكَ
أَصَابَ كُلُّ عَبْدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَ اْلأَرْضِ) . أَشْهَدُ
أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ.
“Semua
ucapan penghormatan, pengagungan, dan pujian hanyalah milik Allah.
Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu, wahai para Nabi,
begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya. Semoga perlindungan dan
pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih
(mencakup semua hamba shalih yang ada di langit dan bumi). Aku bersaksi
tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah
hamba Allah dan rasul-Nya.”
bacaan
‘assalaamu’alaika ayyuhan nabiyy’ hanya dibaca semasa nabi masih hidup .
Adapun setelah beliau wafat maka para sahabat membaca dengan
“Assalamu’alan nabiyy”
2) Tasyahud Ibnu ‘Abbas.
التَّحِيَّاتُ
الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ ، (اَل)سَّلاَمُ
عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ،
(اَل)سَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ، وَ(أَشْهَدُ) أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ.
“Segala
ucapan penghormatan, segala karunia, segala ucapan pengagungan dan
pujian hanyalah milik Allah. Segala perlindungan dan pemeliharaan
untukmu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segenap karunia-Nya.
Semua perlindungan dan pemeliharaan semoga diberikan kepada kami dan
semua hamba Allah yang shalih (mencakup semua hamba shalih yang ada di
langit dan bumi). Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah dan aku
bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya.”
Dalam riwayat lain ditambahkan :
اَلتَّحِيَّاتُ
ِللهِ ، (و)َ الصَّلَوَاتُ (وَ) الطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ
أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ – قَالَ ابْنُ عُمَرَ: زِدْتُ
فِيْهَا:وَبَرَكَاتُهُ - اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ
الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ – قَالَ ابْنُ عُمَرَ: وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“Segala
ucapan penghormatan milik Allah,begitu pula segala karunia dan ucapan
pengagungan. Semua pertolongan dan pemeliharaan untukmu , wahai Nabi,
begitu pula karunia Allah.” Ujar Ibnu ‘Umar:”Aku tambahkan pada bacaan
ini kata-kata: ‘Begitu pula semua karunia-Nya.” “Segala perlindungan dan
pemeliharaan untuk kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi
tiada tuhan kecuali Allah. Ibnu ‘Umar berkata:” Aku tambahkan pula
kata-kata: Tuhan Yang Tunggal.’” “Tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya.”
اَلتَّحِيَّاتُ
الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ ِللهِ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا
النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“Segala
ucapan penghormatan, segala karunia,segala ucapan pengagungan dan
pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan dan pemeliharaan untukmu
, wahai Nabi, begitu pula rahmat dan semua karunia Allah. Semua
perlindungan dan pemeliharaan Allah untuk kami dan hamba-hamba Allah
yang shalih. Aku bersaksi tiada
tuhan kecuali Allah(Tuhan Mahatunggal).tiada sekutu bagi-Nya) dan Aku
bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya.”
5) Tasyahud ‘Umar bin Khattab, ketika berada di atas mimbar beliau mengajarkan tasyahud kepada orang banyak, ujarnya:
التَّحِيَّاتُ ِللهِ ، الزَّاكِيَاتُ ِللهِ ، الطَّيَِبَاتُ ( ِللهِ ) ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ ... الخ
“Segala
ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, segala pengkudusan hanyalah
milik Allah, segala pengagungan (hanyalah milik Allah). Segala
pemeliharaan dan perlindungan adalah untukmu… dst.”(seperti tasyahud
Ibnu Mas’ud).
6) Tasyahud ‘Aisyah
Qasim
bin Muhammad berkata:’Aisyah pernah mengajarkan kepada kami bacaan
tasyahud. Seraya memberi isyarat dengan tangannya ia mengucapkan:
اَلتَّحِيَّاتُ، الطَّيِّبَاتُ، الصَّلَوَاتُ ، الزَّاكِيَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ ... الخ
“Segala
ucapan untuk menyatakan hormat, segala ucapan untuk menyatakan
pengagungan, dan segala ucapan pujian serta ucapan untuk menyatakan
pengkudusan hanyalah milik Allah. Segala perlindungan dan pemeliharaan
untuk Nabi … dst seperti yasyahud Ibnu Mas’ud.”
Dianjurkan untuk membaca shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah mengucapkan salam kepadanya
1) الَلّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهَ
وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى الِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى الِ بَيْتِهِ ،
وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى الِ
إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
2) الَلّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (
إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى ) الِ إِبْرَاهِيْمَ،إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
،اَللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى) الِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
“Ya
Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada (Ibrahim dan kepada)
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Ya
Allah, berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada (Ibrahim dan kepada)
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.”
3) الَلّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، (وَ الِ إِبْرَاهِيْمَ)، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيْمَ
وَ) الِ إِبْرَاهِيْمَ ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
“Ya
Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim (dan kepada
keluarga Ibrahim). Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.
Berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberikan karunia kepada (Ibrahim dan) keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.”
4) الَلّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ (النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ) ، وَعَلَىالِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (الِ) إِبْرَاهِيْمَ، وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
(النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ)، وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
(الِ) إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ . إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
“Ya
Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad,(Nabi yang ummi) dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada kepada
(keluarga) Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.
Berikanlah karunia kepada Muhammad (Nabi yang ummi) dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada (keluarga)
Ibrahim di seluruh alam.Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Mahaagung.”
5) الَلّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ.كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (الِ)
إِبْرَاهِيْمَ، وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ (عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ)،
(وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ )، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ (وَ عَلَى
الِ إِبْرَاهِيْمَ)
“Ya
Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad,hamba-Mu dan rasul-Mu,
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada kepada (keluarga)
Ibrahim.dan berilah karunia kepada Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu),(
dan keluarga Muhammad) sebagaimana Engkau telah memberikan karunia
kepada Ibrahim dan (keluarga) Ibrahim.”
6) الَلّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ (عَلَى) أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ،كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى (الِ) إِبْرَاهِيْمَ، وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ،
(وَعَلَى) أَزْوَاجِهِ وَ ذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (الِ)
إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ . إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
“Ya
Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad kepada para istrinya dan anak
keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada
(keluarga) Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad,(kepada) para
istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan
karunia kepada (keluarga) Ibrahim .Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Mahaagung.”
____________________________________________
“Hadits
ini mempunyai banyak sanad. Inilah yang pokok dalam masalah ini.”
Selanjutnya ia berkata:”Sejumlah imam salaf dan ahli-ahli al-Qur’an
dahulu sangat senang membaca Al-Qur’an ayat per ayat, sekalipun ayat
yang satu dengan ayat yang lain itu masih mempunyai satu pengertian.”
Nashiruddin
Al-Albani berkata: “Sunnah nabi seperti ini ditinggalkan oleh sebagian
besar ahli qira’atul Qur’an pada masa –masa ini,apalagi yang lain.
Penjelasan : Hadits
ini tidaklah menunjukkan bahwa makmum tidak boleh membaca do’a
sami`allaahu liman hamidah seperti yang dibaca imam sebagaimana halnya
hadits ini juga tidak menunjukkan bahwa imam tidak boleh mengucapkan
do’a rabbanaa walakal hamd seperti yang dibaca oleh makmum dalam gerakan
bangkit dari ruku` . Akan tetapi hadits ini menerangkan bahwa bacaan
rabbanaa walakal hamd dilakukan setelah imam mengucap sami’allaahu liman
hamidah. Hal ini dikuatkan oleh keterangan bahwa Nabi saw membaca
sami`allaahu liman hamidah ketika menjadi imam. Juga berdasarkan
pernyataan umum dari sabda Nabi saw. :”Shalatlah kamu seperti kamu
sekalian melihat aku shalat.” Dengan demikian, makmum boleh mengucapkan
sami’allaahu liman hamidah dan lain-lain seperti yang diucapkan oleh
imam.
Harap
anda ketahui bentuk perbedaan kita dari unta adalah meletakkan kedua
tangan terlebih dahulu dari pada lutut, karena unta meletakkan lututnya
terlebih dahulu yang ada pada kedua tangannya. Demikianlah yang tersebut
dalam Kamus Lisanul Arab dan kamus-kamus Arab yang lain. Demikian pula
pendapat Thahawi dalam Kitab Musyklul Atsar Dan Syarah Ma’anil Atsar. Pendapat ini diikuti pula olah Qashim As Sarqisthi. Ia meriwayatkan sebuah Hadits dalam Kitab Gharibul Hadits juz 2 halaman 70
Hadits no.1&2, dengan sanad shahih, dari Abu Hurairah, ujarnya:
“janganlah seseorang turun (sujud) seperti unda menderum.” Kata Imam
Qashim:
“Hal
ini berlaku ketika hendak sujud.” Maksudnya, tidak boleh merebahkan
diri seperti yang dilakukan oleh unta (tangan dan kakinya turun hampir
bersamaan), sehingga tidak tenang. Akan tetapi orang yang hendak sujud
hendaklah melakukannya dengan tenang, yaitu menurunkan tangannya lebih
dulu, kemudian lututnya. Hal ini diriwayatkan oleh Hadits yang marfu’
dan isinya jelas. Akan tetapi yang aneh adalah pendapat Ibnul Qayyim,
ujarnya: “Pernyataan ini (menurunkan tangan lebih dulu daripada kaki)
adalah suatu pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dimengerti ahli
bahasa.”
Pendapatnya terbantah oleh sumber-sumber diatas dan sumber-sumber lain yang masih banyak lagi.
Penjelasan:
Yakni menyibak lengan baju dan rambut agar tidak terjurai. Maksudnya
menyibak lengan baju dan rambut dengan tangan pada waktu ruku’ dan
sujud. Demikian dikatakan dalam kitab An-Nihayah.
Larangan
ini tidak hanya berlaku saat mengerjakan shalat,bahkan sekiranya
seseorang menyibak lengan baju dan rambut sebelum shalat, lalu melakukan
shalat, menurut jumhur ulama termasuk dalam larangan itu dan dikuatkan
oleh larangan pada Hadits nabi saw. yang menyatakan bahwa orang yang
shalat tidak boleh menyibak rambutnya ketika sujud.