Nasihat tegas dari orangtua sejak saya belia yang selalu saya tanamkan di benak.
Harus jujur! Orangtua tidak menuntut saya jadi bintang kelas tapi nilai sayapun tidak boleh paling jelek di kelas. Namun orangtua saya jauh lebih bangga jika anaknya jujur. Saya ingat, dulu ketika kelas 5 SD, saya melakukan kenakalan, menggunakan ua
ng kelompok di sekolah untuk jajan. Saya yang dipercaya dan seharusnya menyimpan dengan baik uang itu, melanggar amanah. Ketika uang yang seingat saya jumlahnya pun tidak terlalu besar, mungkin dihitung dengan nilai uang sekarang sekitar Rp 50.000 harus saya kembalikan karena akan dipakai kelompok ketrampilan, saya lalu minta uang pada ibu saya dan mengatakan jika uang itu habis untuk jajan saya 2 minggu.
Ibu sayapun marah besar. Bahkan saya sempat merasakan cubitan di beberapa bagian tubuh. Kata ibu saya, ia tidak marah dan keberatan dengan jumlah uang yang hanya Rp 50.000 tapi karena saya sudah berbuat tidak jujur dengan melanggar amanah, menggunakan uang yang bukan milik saya. Mungkin ibu saya tidak pandai dalam mengomunikasikan maksudnya marah kepada saya, tapi beranjak dewasa baru saya sadari betapa orangtua saya, terutama ibu saya sangat tegas mendidik anak-anaknya untuk jujur, terutama soal uang. Berapapun uang kembalian harus saya kembalikan ketika orangtua meminta saya berbelanja sesuatu.
Kejujuran. Akhlak utama yang harus ditegakkan. Jujur ketika berbuat salah yang semua orang tahu pasti betapa sulitnya.
Namun orangtua zaman sekarang, lebih suka anaknya pintar dan cerdas, menguasai bahasa Inggris, daripada menjadi anak jujur. Orangtua lebih bangga anaknya bersekolah di sekolah bergengsi meski itu menuai konsekuensi menyogok. Orangtua lebih bangga anaknya mendapat nilai baik/tinggi di sekolah meski itu didapatnya dengan berbuat curang (mencontek), atau melakukan cara-cara yang menghalalkan segala cara.
Pendidikan karakter untuk anak bangsa yang kian lama kian tergerus oleh tuntutan zaman, tuntutan orangtua demi gengsi. Bahkan pendidikan karakter mungkin sudah tidak penting lagi karena nyatanya orangtua lebih sibuk mencari tempat kursus vokal, tempat kursus bahasa asing terbaik dengan biaya mahal daripada mendaftarkan anaknya ke Taman Pendidikan Al-Quran.
Ibu sayapun marah besar. Bahkan saya sempat merasakan cubitan di beberapa bagian tubuh. Kata ibu saya, ia tidak marah dan keberatan dengan jumlah uang yang hanya Rp 50.000 tapi karena saya sudah berbuat tidak jujur dengan melanggar amanah, menggunakan uang yang bukan milik saya. Mungkin ibu saya tidak pandai dalam mengomunikasikan maksudnya marah kepada saya, tapi beranjak dewasa baru saya sadari betapa orangtua saya, terutama ibu saya sangat tegas mendidik anak-anaknya untuk jujur, terutama soal uang. Berapapun uang kembalian harus saya kembalikan ketika orangtua meminta saya berbelanja sesuatu.
Kejujuran. Akhlak utama yang harus ditegakkan. Jujur ketika berbuat salah yang semua orang tahu pasti betapa sulitnya.
Namun orangtua zaman sekarang, lebih suka anaknya pintar dan cerdas, menguasai bahasa Inggris, daripada menjadi anak jujur. Orangtua lebih bangga anaknya bersekolah di sekolah bergengsi meski itu menuai konsekuensi menyogok. Orangtua lebih bangga anaknya mendapat nilai baik/tinggi di sekolah meski itu didapatnya dengan berbuat curang (mencontek), atau melakukan cara-cara yang menghalalkan segala cara.
Pendidikan karakter untuk anak bangsa yang kian lama kian tergerus oleh tuntutan zaman, tuntutan orangtua demi gengsi. Bahkan pendidikan karakter mungkin sudah tidak penting lagi karena nyatanya orangtua lebih sibuk mencari tempat kursus vokal, tempat kursus bahasa asing terbaik dengan biaya mahal daripada mendaftarkan anaknya ke Taman Pendidikan Al-Quran.